Call Me Fikar a.k.a Fickffy

Call Me Fikar a.k.a Fickffy

Monday 16 August 2021

Indonesia: 76 Tahun Dan Covid-19

 

Corona virus lettering design; Indonesia vs covid-19. 

(Sumber tertera pada gambar)

Hari ini, 17 Agustus, kita dan Indonesia bertemu lagi dengan tanggal sakral ini untuk ke-76 kali nya semenjak Bapak Presiden Pertama Kita, Ir. Soekarno, membacakan naskah proklamasi sebagai pertanda bahwa kita telahg merdeka.

 

Beberapa dekade terakhir, kita telah melewati bebagi rintangan dan tantangan, dimulai dari 10 tahun pertama, kita menghadapi situasi dimana kita sempat goyah akan peristiwa bergantinya sistem negara kita menjadi negara serikat dimana Indonesia mempunyai negara-negara bagian bak Amerika Serikat pada tahun 1949, setahun berikutnya, salah satu pilar utama kita, yaitu UUD 1945, sempat diganti menjadi UUDS 1950 dan bertahan hampir 10 tahun dan kemudian dikembalikan menjadi UUD 1945.

 

10 tahun berselang, pada rentang waktu 1951-1960 an, terjadi suatu peristiwa besar yang dimana peristiwa ini meninggalkan bekas luka yang sangat besar di tubuh Indonesia kita, yaitu G30S-PKI, salah satu peristiwa yang mengakibatkan 7 jendral besar kita, salah satu yang paling dikenal dan sempat menjadi orang kepercayaan Bung Karno untuk menggantikan beliau menjadi presiden saat itu, yaitu Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani. Mereka semua ditangkap, diculik, dbunuh, dan dibuang ke sebuah tempat yang menjadi melegenda dan menjadi “saksi bisu” kebiadaban PKI pada saat itu, yaitu Lubang Buaya.

 

 

3 Tempat Bersejarah dalam Peristiwa G30S/PKI Selain Lubang Buaya |  kumparan.com

(Monumen Pancasila Sakti Sebagai Bentuk Mengenang Peristiwa G30S/PKI. Sumber: kumparan.com)

 

Maju ke 30 tahun berikutnya, tepatnya 1998, satu lagi peristiwa besar terjadi, bukan hanya mengguncang Tanah Jawa dan sekitarnya, tetapi seluruh Bumi Indonesia, karena keadilan tanah air kita sedang dipertaruhkan saat itu, yaitu Peristiwa Reformasi 1998. Dimana dalam catatan gulungan film persitiwa tersebut, Pak Soeharto, selaku orang nomor 1 di Indonesia saat itu, telah memimpin selama kurang lebih 32 tahun lamanya dan semakin lama semakin membuat masyarakat Indonesia merasakan hidup kesengsaraan yang begitu dalam dan mencekam, muali dari krisis ekonomi, krisis berpendapat di khalayak umum, krisis pemerintahan diselubungi KKN dan masih banyak krisis-krisis lainnya yang terjadi pada saat itu. Selama berbulan-bulan berjuang demi keadilan serta melengser Pak Harto dari singgasana nya, akhirnya 21 Mei 1998 menyatakan pengunduran dirinya sebagai presiden Indonesia.

 

 23 Tahun Reformasi: Dampak Krismon 1998 Jadi Satu Sebab Orde Baru Tumbang -  Nasional Tempo.co 

(Para mahasiswa saat menduduki gedung MPR tahun 1998. Sumber: Nasional Tempo.co)

 

Maju beberapa dekade ke depan, periode 2020-2021 atau Indonesia sudah menginjak usia ¾ abad, masalah baru muncul, bahkan masalah ini bukan hanya menimpa Indonesia, namun seisi bumi mengalaminya, yaitu Pandemi Covid-19. Pandemi yang berawal dari sebuah wilayah di Cina, tepatnya Wuhan, yang menjadi asal muasal virus berbahaya ini. Hingga saat ini, ketika tulisan ini terbit, berdasarkan data dari World Meter, jumlah kasus yang telah tercatat sebanyak 208,144,642 kasus di 220 negara. Untuk Indonesia, sampai tulisan ini terbit, sekitar 3,871,738 kasus yang tercatat, dengan rincian 371,021 kasus aktif, sekitar 3,757,157 kasus sembuh serta sisanya tidak sanggup melawan dan tiada. Berbagai upaya terus digencarkan pemerintah kita, mulai pada awal pandemi dengan melakukan lockdown atau penutupan kegiatan masyarakat di luar hingga saat ini pemerintah kita menjalankan PPKM (Program Pembatsan Kegiatan Masyarakat) yang di beberapa daerah telah memasuki tahap ke-4. Selain itu, pemerintah juga telah menggencarkan program 3M (Menjaga Jarak Memakai Masker, Menghindari Kerumunan) untuk semua lapisan masyarakat. Akan tetapi, baik di pihak pemerintah dan masyarakat, telah melakukan berbagai masalah dalam mencegah si minimalis tapi sadis ini menyebar. Di sisi pemerintah, adanya permainan yang dilakukan dengan memanfaatkan kondisi saat ini, seperti korupsi dana bansos Covid-19 yang diaktori oleh Menteri Sosial, Julian Batubara, pada Juli 2020 lalu kemudian kasus ini dicontoh oleh beberapa pejabat daerah di berbagai kota, adanya “ketidaksengajaan” yang dilakukan DPR dalam mengesahkan UU Cilaka (Cipta Lapangan Kerja) secara mendadak pada Oktoer 2020, kasus para “tentara putih” alias tenaga kesehatan kita  yang tidak diberi gaji yang telah memperjuangkan jiwa dan raganya untuk mengangani pasien ositif Covid-19 di rentan Juni-awal Agustus 2021, serta tindakan “berwibawa” yang dilakukan oknum aparat keamanan dalam menjalankan PPKM kepada para pedagang dan pengusaha beberapa waktu yang lalu. Namun tidak semua kasus dari pihak pemerintah, di pihak masyarakat pun ada yang melakukan, seperti penimbunan masker dan dijual kembali dengan harga di luar nalar, melakukan pelanggaran 3M, melakukan pemalsuan surat hasil tes Covid-19 dan surat vaksin, kurangnya minat dalam melakukan vaksin, bahkan lebih parah, dari awal pandemi hingga sekarang, masih ada sebagian masyarakat tidak percaya adanya Covid-19 dan adanya teroi konspirasi dengan menganggap Covid-19 sebagai “alat” yang digunakan oleh kaum eilt global dalam menguasai dunia.

 

Dalam menyambut hari jadi Ibu Pertiwi kita yang ke-76, mari sama sama kita laksanakan protokol kesehatan bagi semua lapisan masyarakat, patuhi aturan yang telah ditetapkan, jangan lagi ada kasus dari pihak pemerintah yang memberikan kerugian besar bagi masyarakat, jangan jadikan pandemi ini sebagai lahan bisnis, namun jadikan sebagai lahan untuk menebar kebaikan kepada sesama. Buat bangga Ibu Pertiwi kita yang sudah tidak muda lagi ini dengan tindakan yang memberikan dampak positif bagi seluruh rakyat Indonesia.

 

 

 

Sumber:

https://www.worldometers.info/coronavirus/#countries

https://nasional.kompas.com/read/2020/12/06/09194161/korupsi-bansos-covid-19-mensos-juliari-diduga-terima-rp-17-miliar-hingga?page=all

https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/sejarah-peristiwa-mei-1998-titik-nol-reformasi-indonesia

https://www.suara.com/news/2020/12/16/171114/7-pahlawan-revolusi-indonesia-diculik-dan-dibunuh-dalam-g30spki?page=all

 

Friday 3 May 2019

Mahasiswa Unhas Jadi Sasaran "Salah Keroyok" Satpam Kampus


(Ardiansyah (kanan, tengah), korban salah keroyok oleh sejumlah satuan pengamanan kampus Unhas. Sumber: Dokumentasi Anonim)



Mahasiswa Universitas Hasanuddin jurusan Manajemen angkatan 2017, Ardiansyah (19) menjadi korban pengeroyokan, Kamis (2/5/2019) sore. Dia pun mendapat luka di wajahnya akibat terkena pukulan dari beberapa Satuan Pengamanan (Satpam), saat Aksi Demonstrasi ‘Turunkan Rektor’ berujung ricuh, di Halaman Gedung Rektorat Unhas.


Saat aksi berlangsung, ia tengah berada di sekretariat UKM Teater Kampus Unhas (TKU), gedung lama Fakultas Teknik (FT). Cahe, sapaan akrabnya, baru saja bangun tidur, sore hari, Kamis, 2 Mei. Dia habis beristirahat. Tentu, setelah tiga hari terakhir melakukan latihan cukup padat di Gedung Teknik Lama Unhas.


Dia adalah salah satu aktor “Orang-orang pendek”, garapan teater yang diproduksi oleh UKM Teater Kampus Unhas untuk mengikuti Festival Teater Mahasiswa Nasional (FESTAMASIO) yang akan berlangsung di Medan pada bulan November mendatang.


Kronologi kejadian pemukulan bermula ketika pukul 14.00 WITA, ratusan mahasiswa mengenakan almamater merah mulai menggelar aksi demonstrasi, mereka berorasi hingga menyuarakan tuntutan dari Serikat Mahasiswa Unhas. Namun, 2 jam berikutnya keadaan massa mulai memanas. Lima menit sebelum ricuh, Rektor Unhas, Prof. Dwia Ariestina Pulubuhu, yang telah memberikan keterangan dihadapan massa naik ke Rektorat. Sejak itu, massa dan barisan satpam mulai saling dorong, dan akhirnya kericuhan tak dapat dibendung. Pada pukul 16.30 WITA, Cahe hendak menuju WC yang berada di lantai 2 Gedung Teknik Lama Unhas. Untuk ke WC, harus lewat taman Pascasarjana Ekonomi. Pukul 17.00 WITA, situasi mulai tak kondusif, para satpam mengurai massa mahasiswa, memukul, dan mengacung senjata tajam seperti badik dan benda tumpul saat mengejar. Belum sampai ke lantai 2, dia berada di Taman Pascasarjana Ekonomi Unhas, Cahe tiba-tiba dipanggil satpam.


Dia dituduh bagian dari massa aksi. “Waktu naik ke toilet, saya langsung ditunjuk satpam, bilang “We ikut ko?,”kata Ardiansyah saat ditemui di sekretariat UKM Teater Kampus Unhas, “awalnya saya bilang “tidak”, tapi satpam bilang “ikut meko saja”. sambungnya. Ketika diringkus, Anggota UKM Teater Kampus Unhas ini sempat melihat seorang satpam tengah mengacungkan senjata tajam yang bentuknya mirip celurit. Tak lama, ia mulai dipiting dan menghela tubuh Ardiansyah ke arah Rektorat. “Pas saya ditangkap, tangan saya disilang ke belakang, terus saya (rambut) dijambak, terus dipukuli, dari belakang, depan, samping,” ulas Ardiansyah sambil meragakan insiden itu. Kata Ardiansyah, jumlah satpam yang memukulinya tidak diketahui pasti. Di tengah satpam menghela dirinya ke gedung Rektorat, satu demi satu pukulan menghujam wajah dan tubuhnya. “Sampai depan Rektorat itu, ada got-got yang besar. Ada satu orang pakai baju Korpri, dia tarik baju saya turun kasih masuk di got,” kata dia.


(Luka yang diterima Ardiansyah pasca pengeroyokan. Sumber: Dokumentasi Korban)


“Di got rektorat, di tarik baju saya. Hapeku terlempar. Di situ got, sambil dipukuli diinjak ditendang, kepala bagian belakang,” ujar Cahe. Tak puas. Satpam kembali menggiringnya ke kantor Satpam. Di sana dia diintimidasi bahkan tetap dipukul. “Baru (sampai) di pos ada pentungan itu dia pake pukulka,” selanya sambil menunjuk pipi kanannya, bekas hantaman pentungan. Cahe selalu menjelaskan, bahwa dia tidak terlibat. Dia korban salah tangkap, dia habis latihan teater. Namun, Satpam tak percaya. Padahal, kala ia disergap, Ardiansyah sedang jalan ke toilet.


Tak mendapat jawaban yang dimaui, para satpam kembali menghela Ardiansyah ke lobi gedung Rektorat. “Di panggil ka ikut. Saya jawab untuk apa, tapi saya dipaksa. Dibawa ka kayak tahanan, rambut saya jambak Saya menengadah ke atas, sambil di bawah dan dipukuli. Makin banyak yang memukuli saya. Di sana, ia tak lagi dipukuli. Tak lama, ia dibebaskan. “Saya ditanya-tanya sama pegawai rektorat; “ikut ko aksi ?”, saya bilang tidak, di situ saya sementara persiapkan teater, karena di sana juga sekretariat saya,” ujarnya.


Beberapa menit kemudian, Ardiansyah dibawa ke Rumah Sakit (RS) Unhas, ia menjalani pemeriksaan medis dan diberi sejumlah obat-obatan. Sebelum itu, Ardiansyah hendak dipukul lagi. Namun, seorang pegawai Rektorat menghalang. “Pegawai itu bilang; “ini korban salah tangkap”,” ujar dia.


Satpam dan birokrasi kampus mengakui kalau Cahe korban salah tangkap. Tak terlibat. “Saya tidak hitung berapa orang yang pukul. Setelah kejadian itu, saya disuruh pergi berobat. Saat ke Rumah Sakit, saya ditemani pegawai. Di RS saya diperiksa, diberi resep obat dan diantar balik ke TKU.” Cahe berharap agar satpam yang memukulnya diberi sanksi.


Prof Dwia, sapaan rektor Unhas, yang dikonfirmasi lewat Whatsapp belum memberikan tanggapan atas insiden itu.




Sumber:

Thursday 2 May 2019

Apa Kabar 31 dan Lambang Topi Sekolah ?






 
(Para Siswa SD hingga SMA melakukan upacara bersama. Sumber: iai-tribakti.ac.id)


Tepat hari ini, tanggal 2 Mei, kita sekali lagi merayakan salah satu hari besar dan penting di negeri tercinta ini yang tidak "dimerahkan" oleh pemerintah, ya, hari ini adalah Hari Pendidikan Nasional. Hari Pendidikan Nasional atau biasa disebut Hardiknas adalah hari dimana salah satu tokoh nasional, bapak Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara, lahir. Bukan soal kapan beliau lahir tapi bagaimana perjuangan beliau untuk menyuarakan kesejahteraan di bidang pendidikan di negeri kita tercinta ini.


(Ki Hajar Dewantara. Sumber: notepam.com)


Mengulik sedikit sejarahnya, bapak Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889, yang dimana keluarganya adalah keluarga bangsawan dimana ayahnya adalah seorang pangeran bergelar Gusti Pangeran Harya bernama Soerjaningrat dan ibunya yang bergelar Raden Ayu bernama Sandiah. Semasa kecil, bapak Ki Hajar Dewantara hidup sebagai keluarga ningrat dan menempuh pendidikan seperti layaknya anak ningrat lainnya dan anak kolonial Belanda. Namun, hati beliau tergerak untuk menghapuskan sistem pendidikan hanya untuk konglomerat dan kaum Belanda yang menetap di Indonesia. Ketika beliau menjadi seorang wartawan, beliau selalu menulis tentang dirinya yang anti kolonial sehingga kolonial Belanda menangkapnya dan diasingkan ke Pulau Bangka atas permintaannya sendiri. Selepas menempuh pendidikan di Belanda, bapak Ki Hajar Dewantara kembali ke Indonesia untuk mendirikan sebuah yayasan bernama Taman Siswa, yayasan yang didirikan untuk kaum pribumi. Sampai akhir hayatnya, beliau tetap memperjuangkan kesejahteraan pendidikan di negeri kita tercinta hingga dikenal sebagai Tokoh Pendidikan Nasional. Bapak Ki Hajar Dewantara membuat sebuah semboyan yang hingga saat ini masih digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu Ing Ngarsa sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani yang artinya di depan menjadi contoh, di tengah membangkitkan semangat, di belakang memberikan dorongan.




Selain perjuangan dari bapak Ki Hajar Dewantara di bidang pendidikan, pemerintah kita pun turut andil dalam memajukan pendidikan, antara lain membuat Pasal 31 Ayat (1) sampai Ayat (5) dalam Bab XIII Pendidikan dan Kebudayaan pada UUD 1945. Isi dari Pasal 31 Ayat (1) sampai Ayat (5) adalah :

(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.

(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.


Jika dilihat dari ayat per ayat, pemerintah sangat mendukung dalam pengembangan pendidikan di negeri kita tercinta ini karena pendidikan merupakan salah satu aset terbesar negara di masa mendatang. Pemerintah juga menyiapkan anggaran bagi masyarakat kurang mampu dalan menempuh pendidikan. Selain menempuh ilmu, para kaum pelajar juga dituntut untuk berakhlah dalam berilmu agar ilmu yang didapatkan tidak serta merta disimpan namun dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan ilmu pengetahuan dengan berintegritas dalam berpendidikan.



Namun, pada kenyataannya, tiap tahun dunia pendidikan di negeri kita tercinta ini mengalami kemerosotan moral. Guru atau tenaga pendidik yang seharusnya menjadi panutan bagi murid dan dipatuhi justru diperlakukan dengan sangat tidak hormat. Tidak sedikit kasus penganiayaan murid terhadap guru yang terjadi, bahkan sampai merenggut nyawan sang pahlwan tanpa tanda jasa ini. Salah satu kasus yang membuat dunia pendidikan di negeri kita tercinta ini berkabung sangat dalam adalah kasus bapak Ahmad Budi Cahyono, seorang guru honorer di SMA Negeri 1 Torja, Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Bapak Budi, sapaan beliau, harus kehilangan nyawanya setelah dianiaya oleh muridnya sendiri berinisial HI dan penyebabnya sendiri berawal dari masalah sepele sehingga si "anak jagoan" ini merasa kesal hingga menganiaya pak Budi hingga tewas. Di sisi lain, kekerasan antarmurid pun tidak sedikit yang hingga merenggut nyawa, salah satu kasus yang terjadi di Makassar, tepatnya di sekolah Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan (ATKP), seorang Taruna muda bernama Aldama Putra Pangkolan dianiaya hingga tewas oleh seniornya bernama Muhammad Rusdi dan penyebabnya sendiri berawal ketika Aldama masuk ke kampus menggunakan seepda motor tidak menggunakan menggunakan helm dan si "senior jagoan" ini mengetahuinya kemudian memanggil Aldama ke kamar senior dan terjadilah penganiayaan terhadap Aldama hingga tewas.

(Bapak Ahmad Budi Cahyono, guru honorer multitalenta saat masih hidup (kiri, tengah) dan saat jenazahnya diantar ke pemakaman (kanan). Sumber: tribunnews.com)




(Aldama Putra Pangkolan, Taruna ATKP Makassar yang tewas dianiaya seniornya. Sumber: manaberita.com)




Selain dari kasus kekerasan, angka putus sekolah juga masih berada dalam angka yang masih tinggi, berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tercatat pada tahun 2015 ada 5,3 juta anak putus sekolah di usia 7-18 tahun dan pada tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 4,6 juta anak putus sekolah di kisaran usia yang sama. Meskipun menurun, namun angka tersebut masih tinggi mengingat di Pasal 31 Ayat (2), pemerintah punya tugas dan tanggung jawab dalam membiayai anak-anak kurang mampu dan putus sekolah untuk menempuh pendidikan.



Belum lagi melihat dari tingkat perguruan tinggi, kini sudah ada 11 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) berubah status menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum atau disingkat PTN-BH. Secara sederhana, PTN-BH merupakan perguruan tinggi negeri yang seluruh anggarannya kini tidak dibiayai oleh pemerintah dan PTN mencari anggaran secara otonom. PTN-BN secara dasar bagus dalam menciptakan sarjana sarjana yang berkualitas baik namun pada proses perjalanannya, PTN-BH seakan "memeras" para calon mahasiswa dan mahasiswa, mulai dari penetapan Uang Kuliah Tunggal (UKT) menggantikan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) hingga fasilitas ruangan, seperti aula dan ruang kelas, harus melalui prosedur yang rumit dan bahkan ada yang sampai menyewakan dengan harga yang tergolong mahal bagi mahasiswa.



Melihat dari segelintir permasalahan pendidikan yang ada di negeri kita tercinta saat ini, sudah siapkah kita untuk menggetarkan negara lain dengan sistem pendidikan kita atau justru kita menjadi "budak" dari negara lain ?
Biarlah waktu yang memberikan jawaban pada negeri kita tercinta ini kelak




Sumber:
Undang Undang Dasar Tahun 1945. Bab XIII Pendidikan dan Kebudayaan: Pasal 31 Ayat (1)-Ayat (5)






Tuesday 6 March 2018

Kapten Fiorentina, Davide Astori Tutup Usia

(Sumber: www.thesun.co.uk)


Berita duka datang dari dunia sepakbola, salah satu pemain klub Serie A Italia, Fiorentina, yang sekaligus kapten, Davide Astori, menghembuskan nafas terakhirnya pada salah satu kamar hotel tempat para pemain dan staf Fiorentina beristirahat di Udine, Italia, hari Minggu, 4 Maret 2018, kala Fiorientina akan menghadapi Udinese pada pekan ke-27 Serie A. Astori, sapaan Davide Astori, dikabarkan meninggal sekitaran pukul 9:30 pagi waktu setempat. Diduga pemain pemain kelahiran San Giovanni Bianco, Italia, 31 tahun yang lalu, diduga terkena serangan jantung. Juru bicara klub, Arturo Mastronardi, mengatakan sang kapten tidak kunjung bangun padahal waktu sudah menunjukkan pukul 9:30 pagi dan Astori merupakan pemain yang paling sering rajin bangun pagi. Dikutip dari The Sun, para pemain Fiorentina yang lain mengetuk pintu kamar sang kapten namun tidak kunjung dibuka, pada akhirnya para pemain Fiorentina mendobrak paksa pintu kamar Astori dan menemukan sang kapten sudah tidak bernyawa di tempat tidurnya. Kabar meninggalnya Astori yang secara tiba-tiba membuat banyak pemain di Serie A dan di klub-klub Eropa merasa terpukul. Atas peristiwa ini, pekan ke-27 Serie A terpaksa dibatalkan untuk sementara waktu untuk memberi penghormatan pada mendiang Astori dan akan dimulai pada tanggal 3 dan 4 April mendatang. Sebelum bermain di Fiorentina, mendiang Astori pernah membela AC Milan pada tahun 2006-2008 dan Cagliari pada tahun 2008-2016 yang pada akhirnya bermain untuk Fiorentina sejak tahun 2016 sampai ia menghembuskan nafas terakhirnya.


Sumber:

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Davide_Astori

http://m.liputan6.com/bola/read/3343829/kronologi-meninggalnya-kapten-fiorentina-davide-astori.html

http://www.thesun.co.uk/sport/football/5721024/davide-astori-dead-at-31-fiorentina-captain-italy-defender/


Saturday 25 November 2017

Indonesia Kalahkan Guyana di Laga Persahabatan

(Sumber: tribunnews.com)



Indonesia berhasil mengalahkan Guyana pada pertandingan persahabatan di Stadion Patriot Candrabaga, Bekasi, Sabtu (25/11) malam. Di awal babak pertama, Indonesia dan Guyana sama-sama memberikan tekanan satu sama lain, pada menit ke-9, Guyana berhasil memecah kebuntuan melalui sepakan Agard yang menjebol kiper Timnas Indonesia, Awan Seto, skor 1-0 untuk Guyana. Tertinggal 1-0 tidak menyulutkan semangat Indonesia untuk terus menyerang pertahanan Guyana. Pada menit ke-36, Indonesia berhasil menyamakan kedudukan lewat sepakan 12 pas Ilija Spasojevic sekaligus menjadi gol pertama Spasojevic untuk Indonesia, skor 1-1 untuk Indonesia hingga babak pertama usai.


Di babak kedua, kedua tim tidak mengendorkan serangan, namun keberuntungan berpihak pada Indonesia, kembali Spaojevic berhasil mencetak gol bagi Indonesia yang memanfaatkan bola muntah dari Osvaldo Haay, skor 2-1 untuk Indonesia. Akhir-akhir pertandingan, Indonesia beberapa kali mengancam pertahanan Guyana namun belum berhasil menambah keunggulan, skor tetap 2-1 untuk Indonesia hingga pertandingan usai.