Call Me Fikar a.k.a Fickffy

Call Me Fikar a.k.a Fickffy

Wednesday, 23 August 2017

One Sea (Chapter 4)



Keesokan harinya, setelah menyelamatkan pulau Bongkabatu dari cengkeraman AUL yang tidak bertanggung jawab, sambil bercengkrama di pinggir pantai, Gatori pun mengajak Laba untuk berlayar, “Hee?? Apa kau tidak bercanda?? Mana mungkin aku akan meninggalkan pulau ini, disini aku dilahirkan dan besar bersama orangtuaku” kata Laba, “Tapi kemana orangtuamu??” tanya Gatori, “Itu karena ulah dari AUL, mereka mengorbankan ayah dan ibuku demi sebuah kepentingan dan sampai saat ini aku masih membenci mereka tapi setelah aku bertemu denganmu aku jadi sadar kalau semua AUL itu tidak lah busuk seperti Kamga, aku mau ikut denganmu untuk menegakkan keadilan di dunia ini tapi tidak dengan di AUL, apa kau setuju??” kata Laba, “Aku masih sampai sekarang sebagai anggota AUL tapi mungkin sejak kejadian aku bertemu dengan kelompok Topi Jerami dan aku tidak berhasil menangkapnya aku...” perkataan Gatori terpotong oleh kedatangan seseorang yang membawa koran pagi, “Untung anda disini, tuan Laba, ada hal yang ingin saya sampaikan, terkait anda dan Gatori” orang itu memperlihatkan sebuah halaman yang memasang wajah seorang panglima AUL yang “katanya” telah menghentikan kejahatan Kamga di pulau Bongkabatu, “Woee!! Apa ini?? Kenapa mereka seolah-olah yang mengalahkan Kamga?? Ada apa dengan AUL?? Ada apa dengan orang-orang di dalamnya?? Seolah-olah mereka yang selalu ‘benar’, aku sudah menganggap mereka semua adalah pahlawan tapi yang sebenarnya mereka adalah seorang ‘pencuri kebenaran’, aku yang selama ini mempercayai mereka ternyata mereka...” Laba langsung menenangkan Gatori yang ingin menangis, “Memang kebenaran tidak semudah yang kita kira, semuanya butuh perjuangan untuk menegakkan kebenaran yang hakiki, kalau kau mau kita akan membawa atas nama kebenaran hakiki dengan berlayar ke laut juga” kata Laba dengan semangat tinggi sambil menunjuk ke laut dengan tangan terbuka, “Kebenaran... hakiki??” kata Gatori dengan mata berkaca-kaca karena air mata penyesalan, “Betul, bagaimana jika kita bergabung saja dengan Tantar[1]” kata Laba, “Tantar?? Pasukan keamanan yang gagal itu?? Aku pernah dengar cerita Tantar itu sempat bubar karena diserang bajak laut tidak dikenal dan pemerintah dunia mengangga Tantar sebagai aib bagi keamanan dunia sehingga pasukan Tantar dibubarkan secara tidak hormat” kata Gatori dengan melihat ke arah laut, “Aku juga pernah dengar kabar itu tapi beberapa minggu yang lalu aku mendengar Tantar kembali didirikan tapi mereka melakukan perekrutan secara diam-diam, mereka pernah singgah di pulau ini tapi mereka diusir masyarakat sekitar, aku sempat membujuk masyarakat tapi mereka tidak mau mendengar perkataanku, aku percaya mereka punya hati yang tulus untuk melindungi dunia ini, karena tujuan mereka satu, yaitu menyatukan semua laut yang terpisah menjadi satu” cerita Laba, mendengar cerita itu Gatori menjadi menggebu-gebu ingin bertemu dengan pasukan Tantar itu. “Para Tantar itu berada di sebuah pulau kecil yang dimana tidak satupun ingin menginjakkan kakinya karena pulau tersebut merupakan pulau yang dihuni oleh orang-orang buangan dari seluruh pulau, pulau itu bernama pulau Samp[2]” Laba menjelaskan keberadaan para Tantar tersebut, “Yaah kalau begitu mari kita cari kapal untuk menuju pulau sampah!!” seru Gatori dengan bersemangat, “Yang benar Samp!!” Laba membenarkan ucaoan Gatori sambil menampar kepala Gatori. Mereka berduapun ke kota untuk mencari sebuah kapal sekoci yang tidak terpakai namun mereka tidak mendapatkan satupun kapal sekoci, “Uwahh seluruh pulau tidak ada kapal bekas yang bisa kita perbaiki dan gunakan, kita harus bagaimana, Laba??” kata Gatori yang sedikit putus asa mencari kapal, “Heehh... heehh... aku juga tidak tahu, bagaimana kalau kita buat kapal sendiri saja, bagaimana, Gatori??” tanya Laba, “Aku setuju, aku juga punya sedikit keahlian dalam merakit kapal walaupun hasilnya buruk tapi setidaknya kita bisa sampai ke pulau para Tantar itu” kata Gatori dan mulai melihat-lihat apa yang bisa digunakan untuk dirakit menjadi sebuah kapal, mereka mengumpulkan satu per satu bahan yag bisa digunakan untuk dirakit menjadi sebuah kapal kecil, mulai dari bahan seperti bekas kayu bangunan rumah, kain raksasa, gabus-gabus berbentuk seperti batu bata hingga bebatuan karena di pulau itu bahan dasar kayu sangatlah sedikit, setelah kurang lebih 3 jam membuat akhirnya kapalnya selesai, “Heeehh.. capek juga yaa merakit kapal” kata Gatori kelelahan, “Iya betul, kita susah payah membuatnya tapi kenapa bentuknya seperti seludang[3] begini??” tanya Laba, “Yaahh soalnya aku hanya tahu bentuk kapal seperti ini dan aku tidak tahu membuat model yang besar, setidaknya ini bisa mengapung dilaut hahahaha” jawab Gatori sambil tertawa, “Aku tidak yakin kapal ini akan bertahan, mengapung saja aku tidak yakin apalagi berlayar” kata Laba dalam hati sambil tertunduk lesu, mereka berdua mendorong kapal rakitan mereka ke laut dan membiarkan kapal itu diam di pinggir laut untuk mengetes apakah kapalnya tidak tenggelam atau tidak dan setelah menunggu selama 5 menit kapal itu tidak tenggelam dan mereka pun mencoba naik ke atas kapal tersebut dan berhasil memuat mereka berdua dengan seimbang, “Yaahh kita lepas tali layarnya dan berlayar menuju pulau Samp!!” kata Gatori sambil membantu Laba melepaskan tali layarnya dan kapal mereka mulai terbawa arus laut dan layar kapalnya tertiup angin.

Laut begitu tenang diiringi dengan hembusan angin yang siapa saja merasakannya tertidur dengan pulas, Gatori dan Laba sangat menikmati perjalanan pertama mereka bersama mengarungi lautan, “Anginnya enak sekali, betul Gatori??” kata Laba, “Yaahh betul sekali, Laba” jawab Gatori, mereka terbawa suasana hening nan sejuk lautan hingga mereka tertidur, disaat mereka sedang tertidur pulas, ada sesosok bayangan besar yang berenang di bawah kapal mereka dan bayangan besar itu sedikit menggoyangkan kapal mereka, “Huaaa... ada apa ini?? Kenapa tiba-tiba serasa gempa??” Gatori terbangun dan melihat ke bawa laut, “Hiyaaa!!! Apa itu, besar sekali!! (membangunkan Laba) Laba, Laba bangun, sepertinya sesuatu membuntuti kita dari bawah” kata Gatori sambil membangunkan Laba, “Huaaah... ada apa memang enak-enak begini dibangunkan (melihat kebawah laut) waaahhh... aa... aap... apa itu...” Laba yang baru bangun langsung ketakutan setelah melihat ke bawah laut, bayangan besar itupun langsung muncul tepat di depan kapal mereka, Uwaaahh unta laut!!” seru Laba, “Chh kita terhalang makhluk raksasa ini, mau tidak mau kita harus melawannya” kata Gatori dengan terpaksa, “Me... melawan?? Apa tidak lihat itu?? Dia besarnya bagaimana?? Kapal besar AUL saja bisa ditumbangkan dengan sekali kibas ekornya, aku pernah melihatnya menyerang armada kapal AUL yang tidak dilapisi garam laut hanya denga dua kali kibasan ekor unta laut ini” kata Laba dengan ketakutan, “Kita tidak akan tahu sebelum mencobanya” Gatori melompat dari kapal dan menyerang unta laut tersebut, “Uwaa rasakan ini!! Pukulan Angin Tornado!!” Gatori mengarahkan pukulannya ke arah unta laut itu namun tidak mempan justru unta laut itu memukul balik Gatori dan Gatori terlempar, “Gatori!! Gawat jika tidak kutolong dia akan mati di dalam laut” Laba dengan sigap melontarkan jaringnya dan menolong Gatori, “Laba!! Lemparkan aku sekuat tenaga ke arah unta laut itu, aku akan menghajarnya dengan seranganku ini” kata Gatori dengan menatap tajam unta laut itu, “Baiklah jika itu maumu!!” Laba dengan sekuat tenaga melemparkan Gatori ke arah unta laut itu, “Rasakan!! Lontaran Jaring Laba-Laba, Rudal Angin!!” Gatori dengan posisi tegap dan membentuk dirinya seperti rudal dengan kecepatan tinggi dan menghantam keras unta laut itu, unta laut itu dengan sekuat tenaga menahan serangan Gatori namun kekuatan Gatori lebih unggul sehingga unta laut itu terlempar jauh ke depan, “Yaahh berhasil” Gatori yang perlahan jatuh ke kapal, “Kau tidak apa-apa, Gatori??” tanya Laba dengan merangkul Gatori, “Yaahh aku tidak apa, jika bukan karena bantuanmu kita tidak bisa mengalahkan raksasa itu bahkan mungkin kita akan mati karena tekanan air laut” kata Gatori dengan sedikit kelelahan, mereka kembali melanjutkan perjalanan.

Setelah beberapa jam mengarungi lautan, akhirnya pulau yang mereka ingin kunjungi terlihat, “Wahh pulaunya sudah terlihat Laba!!” seru Gatori, “Iya betul, sepertinya ada yang tidak beres dengan pulaunya, seperti terjadi peperangan atau semacam kebakaran besar” kata Laba, “Tunggu, aku akan mencoba meninjaunya” kata Gatori dengan melihat lurus ke arah pulau, “Caranya??” tanya Laba dengan kebingungan, “Lihat saja hihihihi” Gatori menutup matanya dan mulai “merasakan” keadaan pulau Samp, “Gatori?? Oee Gatori!! Kenapa tiba-tiba kau tertidur??” tanya Laba dengan membangunkan Gatori, “Gawat, jika tidak cepat-cepat bersandar di pulau maka banyak korban yang berjatuhan, aku harus beritahu Laba..” kata Gatori dengan was-was sambil membuka matanya, “Laba, kita harus sampai segera karena disana terjadi konflik yang melibatkan seisi pulau dan para Tantar juga berjuang disana dan bukan hanya itu, pulau Samp juga dipenuhi oleh busa yang sangat tebal sehingga aku tidak bisa melihat peperangannya secara rinci mungkin karena efek yang ditimbulkan oleh pulau itu sendiri” Gatori menjelaskan keadaan pulau Samp, “Iya memang begitu disana, busa yang kau lihat disana adalah ‘asap’ dari pulau itu, (terkejut) ehh ngomong-ngomong kenapa kau bisa melihat kondisi di pulau Samp?? Apa karena kekuatan anginmu??” respon Laba sambil menanyakan hal yang dilakukan Gatori tadi, “Yaahh itu adalah salah satu ciri khas kekuatanku, aku bisa merasakan keadaan di sekitarku dengan mengandalkan angin yang berhembus tapi kelemahannya aku tidak bisa melihattnya secara langsung, aku hanya bisa sebatas merasakan saja” Gatori menjelaskan kekuatan kutukan anginnya, “Yah sudahlah kalauu begitu ayo kita cepat-cepat merapat ke pulau Samp tapi anginnya pelan sekali” kata Laba dengan sedikit kepusingan, “Tenang saja, akan kubantu kapal ini cepat sampai ke pulau” Gatori mendekati layar kapal dan menghembuskan nafas sekuat tenaga namun hembusan yang dia buat membuat kapalnya terlalu kencang hingga kapalnya terbang, “Uwaaa!!! Apa yang kau lakukan Gatori!! Kita bisa mati tahu!!” kata Laba dengan kaget sambil berpegangan pada ujung kapal “Woohoo!! Dengan begini kita bisa sampai dengan cepat” seru Gatori dengan kegirangan, “Cepat memang cepat tapi kalau kita menabrak pulau habislah kita!! Uwaaa!!!” kata Laba sambil menangis ketakutan, tidak kurang dari 2 menit dari jarak pulau ke tempat mereka mulai terbang sekitar 10 km dengan kapal kecepatan penuh mendekati pulau dan mendarat dengan kapal mereka menabrak tebing pulau dan hancur.”Gatori kau hampir membunuhku!!” geram Laba pada Gatori, “Hahaha mana mungkin kita bisa mati hanya karena kita menabrak keras pulau, kita adalah manusia kutukan jadi tidak masalah kan??” jawab Gatori dengan santai, “Santai ya santai, aku memang kebal dengan tabrakan seperti itu tapi jika kita menabrak ‘garam laut’ tamatlah hidup kita” kata Laba sambil mengeluarkan air mata ketakutan, “Hoiii siapa disana!!” seseorang dari balik kabut busa meneriaki mereka, orang itupun langsung menembaki merkea berdua namun peluru yang tepat mengenai tubuh mereka tidak melukai sedikitpun dari mereka karena pengaruh kekuatan kutukan mereka, mereka langsung menerjang orang tersebut dan memukul balik orang itu, “Heh heh... bikin kaget saja” kata Gatori melihat orang itu pingsan karena pukulannya dan Laba, “Awas Gatori!!” Laba melihat ke atas ada serangan rudal, “Siapa kalian?? Berani beraninya memukul prajurit kami” tanya seorang yang menembakkan rudal pada mereka, “Justru kami yang ingin bertanya seperti itu pada kalian, kalian tiba-tiba menyerang kami, untung takdir kami masih selamat” kata Laba, “Hmm jadi begitu yaa” kata orang itu dan langsung menembakkan rudal lagi pada mereka dan langsung mengarah pada mereka, namun rudal itu menembus badan mereka, “Hmm mereka pengguna kekuatan kutukan ya??” orang itu langsung mengganti pelurunya dari peluru biasa dengan peluru khusus yang mirip peluru Panzerbuchse[4] dan mengarahkan kepada mereka, “Peluru apapun tidak masalah aku akan menangkisnya” kata Gatori dengan percaya diri, “Hmm percaya diri sekali kau bocah” kata orang itu dan mengarahkan sasarannya ke Gatori, “Terimalah tembakanku ini !!” orang itu menembakkan rudalnya ke Gatori, “Percuma sa...” tanpa selesai berbicara Gatori terkena telak oleh peluru itu, tubuh Gatori langsung hangus setelah terkena tembakan itu, “Gatori !!” seru Laba menghampiri Gatori, “Gatori, Gatori sadarlah, gawat dia mempunyai peluru khusus” kata Laba menatap Gatori yang terluka parah, “Hahaha pasti kau keheranan melihat tadi, itu adalah peluru Panzerbuchse, peluru yang didesain khusus untuk menyerang pengguna kekuatan kutukan seperti kalian, sekarang saatnya giliranmu” orang itu membidik ke arah Laba dan akan menembaki Laba, “Sial, apa perjalanan kita sampai disini, terbunuh sia-sia oleh seorang prajurit tidak dikenal” kata Laba dalam hati dengan pasrah sambil menutup matanya, orang itu pun langsung menembak ke arah Laba, sebuah sosok bayangan bergerak cepat melompati Laba dan langsung menghadapi rudal tersebut, “Siapa itu??” tanya Laba dalam hati keheranan, sosok bayangan itu langsung menyerang rudal itu dan tiba-tiba saja rudal itu terbelah dua dan meledak di sisi kana dan kiri Laba, sosok bayangan itu langsung menodongkan sebuah senjata ke arah penembak rudal tadi, “Ternyata sang pahlawan belati, apa yang kau lakukan disini?? Aku kira kau sudah terbunuh dalam peperangan tadi??” orang itu menyapa bayangan itu, “Hmm menurutmu aku ini takkan selamat dengan peperangan itu?? Kau salah besar karena aku masih hidup sampai sekarang karena tekadku” jawab orang yang satunya, “Betul sekali tapi kau seolah-olah mempunyai ribuan nyawa yang tidak satupun orang bisa mencabut nyawamu, Fauz Sharpi” kata orang itu dengan menyebut identitas orang yang membelah peluru rudalnya, “Betul sekali, jendral Bazoo Karim, kita berdua punya tekad yang sama, kau ingat” jawab Fauz Sharpi, “Hahaha impian itu aku sudah lupakan, aku hanya ingin jadi orang yang paling bebas di dunia ini, teman lama” kata Bazoo Karim, “Hmm sepertinya ‘bebas’ belum bisa terpisah darimu, sejak insiden itu kau masih belum bisa lupakan walaupun kau mempunyai luka yang hampir saja merenggut nyamamu, setidaknya kau juga punya ribuan nyawa, teman lama” kata Fauz Sharpi dengan memandang luka di dada Bazoo Karim seperti tersayat pedang raksasa yang kira-kira bekas sayatannya dari pundak sampai ujung paha, tatapan tajam dari mereka berdua yang seperti ingin membunuh satu sama lain terjadi.

Siapa mereka berdua?? Apa hubungannya mereka berdua dan perang apa yang sedang terjadi di pulau Samp??


BERSAMBUNG....


[1]Tantar, berasal dari bahasa Bugis,Tantara dalam bahasa Indonesia yang artinya tentara prajurit atau kesatuan alat negara yang terdiri atas orang-orang terlatih perang
[2]Samp, berasal dari kata Sampah yang artinya seesuatu yang dibuang karena tidak terpakai lagi, hina; berasal juga dari kata Sampo yang artinya sabun cair yang digunakan untuk mencuci rambut
[3]Seludang, sejenis sampan yang ujungnya berbentuk runcing
[4]Panzerbuchse, senjata anti tank yang dikembangkan tentara Jerman yang digunakan pada Perang Dunia II

No comments:

Post a Comment