Keesokan harinya, setelah menyelamatkan pulau Bongkabatu
dari cengkeraman AUL yang tidak bertanggung jawab, sambil bercengkrama di
pinggir pantai, Gatori pun mengajak Laba untuk berlayar, “Hee?? Apa kau tidak
bercanda?? Mana mungkin aku akan meninggalkan pulau ini, disini aku dilahirkan
dan besar bersama orangtuaku” kata Laba, “Tapi kemana orangtuamu??” tanya
Gatori, “Itu karena ulah dari AUL, mereka mengorbankan ayah dan ibuku demi
sebuah kepentingan dan sampai saat ini aku masih membenci mereka tapi setelah
aku bertemu denganmu aku jadi sadar kalau semua AUL itu tidak lah busuk seperti
Kamga, aku mau ikut denganmu untuk menegakkan keadilan di dunia ini tapi tidak
dengan di AUL, apa kau setuju??” kata Laba, “Aku masih sampai sekarang sebagai
anggota AUL tapi mungkin sejak kejadian aku bertemu dengan kelompok Topi Jerami
dan aku tidak berhasil menangkapnya aku...” perkataan Gatori terpotong oleh
kedatangan seseorang yang membawa koran pagi, “Untung anda disini, tuan Laba,
ada hal yang ingin saya sampaikan, terkait anda dan Gatori” orang itu
memperlihatkan sebuah halaman yang memasang wajah seorang panglima AUL yang
“katanya” telah menghentikan kejahatan Kamga di pulau Bongkabatu, “Woee!! Apa
ini?? Kenapa mereka seolah-olah yang mengalahkan Kamga?? Ada apa dengan AUL??
Ada apa dengan orang-orang di dalamnya?? Seolah-olah mereka yang selalu
‘benar’, aku sudah menganggap mereka semua adalah pahlawan tapi yang sebenarnya
mereka adalah seorang ‘pencuri kebenaran’, aku yang selama ini mempercayai
mereka ternyata mereka...” Laba langsung menenangkan Gatori yang ingin
menangis, “Memang kebenaran tidak semudah yang kita kira, semuanya butuh
perjuangan untuk menegakkan kebenaran yang hakiki, kalau kau mau kita akan
membawa atas nama kebenaran hakiki dengan berlayar ke laut juga” kata Laba
dengan semangat tinggi sambil menunjuk ke laut dengan tangan terbuka,
“Kebenaran... hakiki??” kata Gatori dengan mata berkaca-kaca karena air mata
penyesalan, “Betul, bagaimana jika kita bergabung saja dengan Tantar[1]”
kata Laba, “Tantar?? Pasukan keamanan yang gagal itu?? Aku pernah dengar cerita
Tantar itu sempat bubar karena diserang bajak laut tidak dikenal dan pemerintah
dunia mengangga Tantar sebagai aib bagi keamanan dunia sehingga pasukan Tantar
dibubarkan secara tidak hormat” kata Gatori dengan melihat ke arah laut, “Aku
juga pernah dengar kabar itu tapi beberapa minggu yang lalu aku mendengar Tantar
kembali didirikan tapi mereka melakukan perekrutan secara diam-diam, mereka
pernah singgah di pulau ini tapi mereka diusir masyarakat sekitar, aku sempat
membujuk masyarakat tapi mereka tidak mau mendengar perkataanku, aku percaya
mereka punya hati yang tulus untuk melindungi dunia ini, karena tujuan mereka
satu, yaitu menyatukan semua laut yang terpisah menjadi satu” cerita Laba,
mendengar cerita itu Gatori menjadi menggebu-gebu ingin bertemu dengan pasukan Tantar
itu. “Para Tantar itu berada di sebuah pulau kecil yang dimana tidak satupun
ingin menginjakkan kakinya karena pulau tersebut merupakan pulau yang dihuni
oleh orang-orang buangan dari seluruh pulau, pulau itu bernama pulau Samp[2]”
Laba menjelaskan keberadaan para Tantar tersebut, “Yaah kalau begitu mari kita
cari kapal untuk menuju pulau sampah!!” seru Gatori dengan bersemangat, “Yang
benar Samp!!” Laba membenarkan ucaoan Gatori sambil menampar kepala Gatori.
Mereka berduapun ke kota untuk mencari sebuah kapal sekoci yang tidak terpakai
namun mereka tidak mendapatkan satupun kapal sekoci, “Uwahh seluruh pulau tidak
ada kapal bekas yang bisa kita perbaiki dan gunakan, kita harus bagaimana,
Laba??” kata Gatori yang sedikit putus asa mencari kapal, “Heehh... heehh...
aku juga tidak tahu, bagaimana kalau kita buat kapal sendiri saja, bagaimana,
Gatori??” tanya Laba, “Aku setuju, aku juga punya sedikit keahlian dalam
merakit kapal walaupun hasilnya buruk tapi setidaknya kita bisa sampai ke pulau
para Tantar itu” kata Gatori dan mulai melihat-lihat apa yang bisa digunakan
untuk dirakit menjadi sebuah kapal, mereka mengumpulkan satu per satu bahan yag
bisa digunakan untuk dirakit menjadi sebuah kapal kecil, mulai dari bahan
seperti bekas kayu bangunan rumah, kain raksasa, gabus-gabus berbentuk seperti
batu bata hingga bebatuan karena di pulau itu bahan dasar kayu sangatlah
sedikit, setelah kurang lebih 3 jam membuat akhirnya kapalnya selesai,
“Heeehh.. capek juga yaa merakit kapal” kata Gatori kelelahan, “Iya betul, kita
susah payah membuatnya tapi kenapa bentuknya seperti seludang[3]
begini??” tanya Laba, “Yaahh soalnya aku hanya tahu bentuk kapal seperti ini
dan aku tidak tahu membuat model yang besar, setidaknya ini bisa mengapung
dilaut hahahaha” jawab Gatori sambil tertawa, “Aku tidak yakin kapal ini akan bertahan, mengapung saja aku tidak yakin
apalagi berlayar” kata Laba dalam hati sambil tertunduk lesu, mereka berdua
mendorong kapal rakitan mereka ke laut dan membiarkan kapal itu diam di pinggir
laut untuk mengetes apakah kapalnya tidak tenggelam atau tidak dan setelah
menunggu selama 5 menit kapal itu tidak tenggelam dan mereka pun mencoba naik
ke atas kapal tersebut dan berhasil memuat mereka berdua dengan seimbang,
“Yaahh kita lepas tali layarnya dan berlayar menuju pulau Samp!!” kata Gatori
sambil membantu Laba melepaskan tali layarnya dan kapal mereka mulai terbawa
arus laut dan layar kapalnya tertiup angin.
Laut begitu tenang diiringi dengan hembusan angin yang
siapa saja merasakannya tertidur dengan pulas, Gatori dan Laba sangat menikmati
perjalanan pertama mereka bersama mengarungi lautan, “Anginnya enak sekali,
betul Gatori??” kata Laba, “Yaahh betul sekali, Laba” jawab Gatori, mereka
terbawa suasana hening nan sejuk lautan hingga mereka tertidur, disaat mereka
sedang tertidur pulas, ada sesosok bayangan besar yang berenang di bawah kapal
mereka dan bayangan besar itu sedikit menggoyangkan kapal mereka, “Huaaa... ada
apa ini?? Kenapa tiba-tiba serasa gempa??” Gatori terbangun dan melihat ke bawa
laut, “Hiyaaa!!! Apa itu, besar sekali!! (membangunkan Laba) Laba, Laba bangun,
sepertinya sesuatu membuntuti kita dari bawah” kata Gatori sambil membangunkan
Laba, “Huaaah... ada apa memang enak-enak begini dibangunkan (melihat kebawah
laut) waaahhh... aa... aap... apa itu...” Laba yang baru bangun langsung
ketakutan setelah melihat ke bawah laut, bayangan besar itupun langsung muncul
tepat di depan kapal mereka, Uwaaahh unta laut!!” seru Laba, “Chh kita
terhalang makhluk raksasa ini, mau tidak mau kita harus melawannya” kata Gatori
dengan terpaksa, “Me... melawan?? Apa tidak lihat itu?? Dia besarnya
bagaimana?? Kapal besar AUL saja bisa ditumbangkan dengan sekali kibas ekornya,
aku pernah melihatnya menyerang armada kapal AUL yang tidak dilapisi garam laut
hanya denga dua kali kibasan ekor unta laut ini” kata Laba dengan ketakutan,
“Kita tidak akan tahu sebelum mencobanya” Gatori melompat dari kapal dan
menyerang unta laut tersebut, “Uwaa rasakan ini!! Pukulan Angin Tornado!!”
Gatori mengarahkan pukulannya ke arah unta laut itu namun tidak mempan justru
unta laut itu memukul balik Gatori dan Gatori terlempar, “Gatori!! Gawat jika
tidak kutolong dia akan mati di dalam laut” Laba dengan sigap melontarkan
jaringnya dan menolong Gatori, “Laba!! Lemparkan aku sekuat tenaga ke arah unta
laut itu, aku akan menghajarnya dengan seranganku ini” kata Gatori dengan
menatap tajam unta laut itu, “Baiklah jika itu maumu!!” Laba dengan sekuat
tenaga melemparkan Gatori ke arah unta laut itu, “Rasakan!! Lontaran Jaring
Laba-Laba, Rudal Angin!!” Gatori dengan posisi tegap dan membentuk dirinya
seperti rudal dengan kecepatan tinggi dan menghantam keras unta laut itu, unta
laut itu dengan sekuat tenaga menahan serangan Gatori namun kekuatan Gatori
lebih unggul sehingga unta laut itu terlempar jauh ke depan, “Yaahh berhasil”
Gatori yang perlahan jatuh ke kapal, “Kau tidak apa-apa, Gatori??” tanya Laba
dengan merangkul Gatori, “Yaahh aku tidak apa, jika bukan karena bantuanmu kita
tidak bisa mengalahkan raksasa itu bahkan mungkin kita akan mati karena tekanan
air laut” kata Gatori dengan sedikit kelelahan, mereka kembali melanjutkan
perjalanan.
Setelah beberapa jam mengarungi lautan, akhirnya pulau
yang mereka ingin kunjungi terlihat, “Wahh pulaunya sudah terlihat Laba!!” seru
Gatori, “Iya betul, sepertinya ada yang tidak beres dengan pulaunya, seperti
terjadi peperangan atau semacam kebakaran besar” kata Laba, “Tunggu, aku akan
mencoba meninjaunya” kata Gatori dengan melihat lurus ke arah pulau,
“Caranya??” tanya Laba dengan kebingungan, “Lihat saja hihihihi” Gatori menutup
matanya dan mulai “merasakan” keadaan pulau Samp, “Gatori?? Oee Gatori!! Kenapa
tiba-tiba kau tertidur??” tanya Laba dengan membangunkan Gatori, “Gawat, jika tidak cepat-cepat bersandar di
pulau maka banyak korban yang berjatuhan, aku harus beritahu Laba..” kata
Gatori dengan was-was sambil membuka matanya, “Laba, kita harus sampai segera
karena disana terjadi konflik yang melibatkan seisi pulau dan para Tantar juga
berjuang disana dan bukan hanya itu, pulau Samp juga dipenuhi oleh busa yang
sangat tebal sehingga aku tidak bisa melihat peperangannya secara rinci mungkin
karena efek yang ditimbulkan oleh pulau itu sendiri” Gatori menjelaskan keadaan
pulau Samp, “Iya memang begitu disana, busa yang kau lihat disana adalah ‘asap’
dari pulau itu, (terkejut) ehh ngomong-ngomong kenapa kau bisa melihat kondisi
di pulau Samp?? Apa karena kekuatan anginmu??” respon Laba sambil menanyakan
hal yang dilakukan Gatori tadi, “Yaahh itu adalah salah satu ciri khas
kekuatanku, aku bisa merasakan keadaan di sekitarku dengan mengandalkan angin
yang berhembus tapi kelemahannya aku tidak bisa melihattnya secara langsung,
aku hanya bisa sebatas merasakan saja” Gatori menjelaskan kekuatan kutukan
anginnya, “Yah sudahlah kalauu begitu ayo kita cepat-cepat merapat ke pulau
Samp tapi anginnya pelan sekali” kata Laba dengan sedikit kepusingan, “Tenang
saja, akan kubantu kapal ini cepat sampai ke pulau” Gatori mendekati layar
kapal dan menghembuskan nafas sekuat tenaga namun hembusan yang dia buat
membuat kapalnya terlalu kencang hingga kapalnya terbang, “Uwaaa!!! Apa yang
kau lakukan Gatori!! Kita bisa mati tahu!!” kata Laba dengan kaget sambil
berpegangan pada ujung kapal “Woohoo!! Dengan begini kita bisa sampai dengan
cepat” seru Gatori dengan kegirangan, “Cepat memang cepat tapi kalau kita
menabrak pulau habislah kita!! Uwaaa!!!” kata Laba sambil menangis ketakutan,
tidak kurang dari 2 menit dari jarak pulau ke tempat mereka mulai terbang
sekitar 10 km dengan kapal kecepatan penuh mendekati pulau dan mendarat dengan
kapal mereka menabrak tebing pulau dan hancur.”Gatori kau hampir membunuhku!!”
geram Laba pada Gatori, “Hahaha mana mungkin kita bisa mati hanya karena kita
menabrak keras pulau, kita adalah manusia kutukan
jadi tidak masalah kan??” jawab Gatori dengan santai, “Santai ya santai, aku
memang kebal dengan tabrakan seperti itu tapi jika kita menabrak ‘garam laut’
tamatlah hidup kita” kata Laba sambil mengeluarkan air mata ketakutan, “Hoiii
siapa disana!!” seseorang dari balik kabut busa meneriaki mereka, orang itupun
langsung menembaki merkea berdua namun peluru yang tepat mengenai tubuh mereka
tidak melukai sedikitpun dari mereka karena pengaruh kekuatan kutukan mereka, mereka langsung
menerjang orang tersebut dan memukul balik orang itu, “Heh heh... bikin kaget
saja” kata Gatori melihat orang itu pingsan karena pukulannya dan Laba, “Awas
Gatori!!” Laba melihat ke atas ada serangan rudal, “Siapa kalian?? Berani
beraninya memukul prajurit kami” tanya seorang yang menembakkan rudal pada
mereka, “Justru kami yang ingin bertanya seperti itu pada kalian, kalian tiba-tiba
menyerang kami, untung takdir kami masih selamat” kata Laba, “Hmm jadi begitu
yaa” kata orang itu dan langsung menembakkan rudal lagi pada mereka dan
langsung mengarah pada mereka, namun rudal itu menembus badan mereka, “Hmm mereka
pengguna kekuatan kutukan ya??” orang
itu langsung mengganti pelurunya dari peluru biasa dengan peluru khusus yang
mirip peluru Panzerbuchse[4]
dan mengarahkan kepada mereka, “Peluru apapun tidak masalah aku akan menangkisnya”
kata Gatori dengan percaya diri, “Hmm percaya diri sekali kau bocah” kata orang
itu dan mengarahkan sasarannya ke Gatori, “Terimalah tembakanku ini !!” orang
itu menembakkan rudalnya ke Gatori, “Percuma sa...” tanpa selesai berbicara
Gatori terkena telak oleh peluru itu, tubuh Gatori langsung hangus setelah
terkena tembakan itu, “Gatori !!” seru Laba menghampiri Gatori, “Gatori, Gatori
sadarlah, gawat dia mempunyai peluru khusus” kata Laba menatap Gatori yang
terluka parah, “Hahaha pasti kau keheranan melihat tadi, itu adalah peluru
Panzerbuchse, peluru yang didesain khusus untuk menyerang pengguna kekuatan kutukan seperti kalian, sekarang saatnya
giliranmu” orang itu membidik ke arah Laba dan akan menembaki Laba, “Sial, apa perjalanan kita sampai disini,
terbunuh sia-sia oleh seorang prajurit tidak dikenal” kata Laba dalam hati dengan
pasrah sambil menutup matanya, orang itu pun langsung menembak ke arah Laba,
sebuah sosok bayangan bergerak cepat melompati Laba dan langsung menghadapi
rudal tersebut, “Siapa itu??” tanya
Laba dalam hati keheranan, sosok bayangan itu langsung menyerang rudal itu dan
tiba-tiba saja rudal itu terbelah dua dan meledak di sisi kana dan kiri Laba,
sosok bayangan itu langsung menodongkan sebuah senjata ke arah penembak rudal
tadi, “Ternyata sang pahlawan belati, apa yang kau lakukan disini?? Aku kira
kau sudah terbunuh dalam peperangan tadi??” orang itu menyapa bayangan itu,
“Hmm menurutmu aku ini takkan selamat dengan peperangan itu?? Kau salah besar
karena aku masih hidup sampai sekarang karena tekadku” jawab orang yang
satunya, “Betul sekali tapi kau seolah-olah mempunyai ribuan nyawa yang tidak
satupun orang bisa mencabut nyawamu, Fauz Sharpi” kata orang itu dengan
menyebut identitas orang yang membelah peluru rudalnya, “Betul sekali, jendral Bazoo
Karim, kita berdua punya tekad yang sama, kau ingat” jawab Fauz Sharpi, “Hahaha
impian itu aku sudah lupakan, aku hanya ingin jadi orang yang paling bebas di
dunia ini, teman lama” kata Bazoo Karim, “Hmm sepertinya ‘bebas’ belum bisa
terpisah darimu, sejak insiden itu kau masih belum bisa lupakan walaupun kau
mempunyai luka yang hampir saja merenggut nyamamu, setidaknya kau juga punya
ribuan nyawa, teman lama” kata Fauz Sharpi dengan memandang luka di dada Bazoo
Karim seperti tersayat pedang raksasa yang kira-kira bekas sayatannya dari
pundak sampai ujung paha, tatapan tajam dari mereka berdua yang seperti ingin
membunuh satu sama lain terjadi.
Siapa mereka berdua?? Apa hubungannya mereka berdua dan
perang apa yang sedang terjadi di pulau Samp??
[1]Tantar, berasal dari bahasa Bugis,Tantara dalam bahasa Indonesia yang
artinya tentara prajurit atau kesatuan alat negara yang terdiri atas
orang-orang terlatih perang
[2]Samp, berasal dari kata Sampah yang artinya seesuatu yang dibuang
karena tidak terpakai lagi, hina; berasal juga dari kata Sampo yang artinya
sabun cair yang digunakan untuk mencuci rambut
[3]Seludang, sejenis sampan yang ujungnya berbentuk runcing
[4]Panzerbuchse, senjata anti tank yang dikembangkan tentara Jerman yang
digunakan pada Perang Dunia II
No comments:
Post a Comment